Saturday 9 February 2013

maaf!

Dua orang sahabat karib sedang berjalan melintasi gurun pasir. di tengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. sahabat yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir; HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU.

mereka terus berjalan, sehingga menemukan sebatang sungai dan air terjun, di mana mereka memutuskan untuk mandi. sahabat yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya tadi, mencuba berenang namun nyaris tenggelam dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya.

ketika dia mulai sedar dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis disebuah batu; HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU.

sahabat yang menolong dan menampar sahabatnya bertanya, "kenapa setelah aku melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kau menulis di atas batu?"

temannya tersenyum dan menjawab, "ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak akan hilang ditiup angin."



# cerita di atas bagaimanapun tentu saja lebih mudah di baca berbanding diterapkan. begitu mudahnya kita memutuskan sebuah persahabatan hanya kerana sakit hati atas sebuah perbuatan atau perkataan yang menurut kita keterlaluan hingga menyakiti hati kita. rasa sakit hati lebih perkasa untuk merosak berbanding begitu banyak kebaikan untuk menjaga. mungkin ini memang bahagian dari sifat buruk diri kita.

oleh sebab itu, ketika sakit hati, yang paling penting adalah melihat apakah memang orang yang menyakiti hati kita itu tidak kita sakiti terlebih dahulu.

bukankah sudah menjadi kewajaran sifat orang untuk membalas dendam? berkemungkinan kita telah melukai hatinya terlebih dahulu dan dia menginginkan sakit yang sama terhadap kita seperti yang dia rasakan. mungkin juga sakit hati kita kerana kesalahan kita sendiri yang salah dalam menafsirkan perkataan atau perbuatan teman kita. boleh jadi kita tersinggung oleh perkataan sahabat kita yang dimaksudkannya sebagai gurauan.

namun demikian, orang yang bijak akan selalu mengajari muridnya untuk memaafkan kesalahan-kesalahan saudaranya yang lain. tapi ini merupakan sesuatu yang sangat berat. kerana itu harus belajar 'menyerahkan' sakit itu kepada Allah - yang begitu jelas dan pasti mengetahui bagaimana sakit hati kita - dengan membaca doa, "Ya Allah, balaslah kebaikan siapapun yang telah diberikannnya kepada kami dengan balasan yang jauh dari yang mereka bayangkan. Ya Allah, ampuni kesalahan-kesalahan saudara-saudara kami yang pernah menyakiti hati kami."

bukankah Rasulullah SAW pernah berkata, "tiga hal di antara akhlak ahli syurga adalah memaafkan orang yang telah menganiaya mu, memberi kepada orang yang mengharamkanmu, dan berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepadamu."

kerana itu, mungkin kita pernah menyakiti seseorang dan dia tidak membalas. mungkin juga orang lain menyakiti hati kita kerana kita pernah menyakitinya. namun dengan izin-NYA, kita berusaha memaafkannya. tapi yang kita takutkan orang lain tidak mahu memaafkan. sungguh, dosa-dosa kita kepada Tuhan telah menghimpit ke dua sisi tulang rusuk kita hingga menyesakkan dada.

jika orang lain tidak sanggup mendoakan kita agar kita 'ada' di hadapan-NYA, maka ikhlaskan segala kesalahan-kesalahan kita. tolong jangan tambahkan kehinaan pada diri kita dengan mengadukan kepada Tuhan bahawa telah menyakiti hatinya.

::: ApaYangKauCari :::

No comments:

Post a Comment