Thursday 5 July 2012


ALLAH won't ask...
Allah won't ask what kind of car your drove,
but will ask how many people you drove who didn't have transportation.

Allah won't ask what your highest salary was,
but will ask if you compromised your character or obtain that salary.

Allah won't ask the square footage of your house,
but will ask how many people you welcomed into your home.

Allah won't ask about the fancy clothes you had in your closet,
but will ask how many of those clothes helped the needy.

Allah won't ask about your social status,
but will ask what kind of class you displayed.

Allah won't ask how many material possessions you had,
but will ask if they dictated your life.

Allah won't ask how much overtime you worked,
but will ask if you worked overtime for your family and loved ones..

Allah won't ask how many promotions you received,
but will ask how you promoted others.

Allah won't ask what your job title was,
but will ask if you performed your job to the best of your ability.

Allah won't ask what you did to help yourself,
but will ask what you did to help others.

Allah won't ask how many friends you had,
but will ask how many people to whom you were a true friend.

Allah won't ask what you did to protect your right,
but will ask you did protect the rights of others.

Allah won't ask in what neighborhood you lived,
but will ask how you treated your neighbors.

Allah won't ask about the color of your skin,
but will ask about the content of your character.

Allah won't ask how many times your deeds matched your words,
but will ask how many times they didn't.

"And Allah gave them a reward in this world, and the excellent reward of the Hereafter. For Allah Loveth those who do good." [Surah Ali Imran Verse 148]

Wednesday 4 July 2012

kisAh pohon EPAL


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon epal besar dan ada seorang budak lelaki yang sering bermain-main di bawah pohon epal itu setiap hari. Dia suka memanjat pohon epal hingga ke pucuknya, memakan buahnya, berbaring-baring diketeduhan rendang dedaunannya. Budak lelaki itu sangat menyayangi pohon epal itu. Begitu juga dengan pohon epal yang sangat mencitai budak kecil itu.
     Waktu terus berlalu. Budak lelaki itu kini telah membesar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon epal itu pada setiap hari. Suatu hari dia mendatangi pohon epal. Wajahnya tampak sedih.

     'Mari ke sini bermain-main lagi denganku,' pinta pohon epal itu.

     'Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,' jawabnya.

Kemudian dia menyambung, 'Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya wang untuk membelinya.'

Pohon epal menyahut, 'Maaf, aku pun tak punya wang... tetapi kau boleh mengambil semua buah epalku dan menjualnya. Kau akan mendapat wang untuk membeli mainan kegemaranmu.'

     Budak lelaki itu sangat gembira. Lalu dia memetik semua buah epal yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, selepas itu budak lelaki itu tak pernah datang lagi. Pohon epal itu kembali sedih.
     Suatu hari, budak lelaki itu datang lagi. Dia sudah dewasa. Pohon epal sangat senang melihat kedatangannya.

     'Mari bermain-main denganku lagi,' kata pohon epal.

     'Aku tak punya waktu,' jawab lelaki itu. 'Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami memerlukan rumah untuk tempat tinggal. Mahukah kau menolongku?'

     'Maaf, aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan dan rantingku untuk membina rumahmu,' kata pohon epal.

     Kemudian lelaki tu menebang semua dahan dan ranting pohon epal itu dan pergi dengan gembira. Pohon epal itu juga berasa bahagia melihat lelaki itu gembira. Kemudian lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon epal itu berasa kesepian dan sedih.
     Pada suatu musim panas, lelaki itu datang lagi. Pohon epal sangat bersuka cita menyambutnya.

     'Marilah bermain-main lagi denganku,' ajak pohon epal.

     'Aku sedih,' kata lelaki itu. 'Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Mahukah kau memberi aku sebuah kapal untuk berlayar?'

     'Maaf... aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mahu. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.'

     Kemudian, lelaki itu memotong batang pohon epal itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Dia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon epal itu.
     Akhirnya, lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

     'Maaf anakku,' kata pohon epal itu. 'Aku sudah tak memiliki buah epal lagi untukmu.'

     'Tak apa. Aku juga sudah tak memiliki gigi untuk menggigit buah epalmu,' balas lelaki itu.

     'Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang boleh kau panjat,' kata pohon epal.

     'Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,' balas lelaki itu.

     'Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang boleh aku berikan kepadamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua,' kata pohon epal itu sambil menitiskan air mata.

     'Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,' balas lelaki itu lagi. 'Aku hanya memerlukan tempat untuk beristirehat. Aku sangat letih setelah sekian lama meninggalkanmu.'

     'Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahatlah dengan tenang.'

     Lelaki itu berbaring dipelukan akar-akar pohon epal itu. Pohon epal itu sangat gembira dan tersenyum sambil menitiskan air matanya.


INI adalah cerita tentang kita semua. Pohon epal itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita.
Ketika kita membesar, kita meninggalkan mereka dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada untuk memberikan apa yang mampu mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berfikir bahawa budak lelak itu telah bertindak sangat kasar pada pohon epal, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.
Sampaikan kepada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

:::bluesSelamanya:::